News
Produksi Kopi Buleleng 4.500 Ton Per Tahun
Rabu, 23 Juni 2021, 00:00 WITA
informasibali.com/ist
Kabupaten Buleleng memiliki varietas kopi unggulan arabika dan robusta yang sangat potensial dan memiliki citarasa yang khas. Dengan produksi kopi per tahun rata-rata 4.500 ton lebih. Hal ini menjadikan Kabupaten Buleleng menjadi penyedia kopi di Bali bahkan Indonesia. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Perdagangan Perindusterian Koperasi dan UKM (Disdagperinkop-UKM) terus berupaya meningkatkan pemasaran kopi Buleleng. Salah satunya dengan menggelar “Festival Kopi Buleleng”.
Festival Kopi Buleleng yang bertemakan mewujudkan kopi Kuleleng yang unggul dan berkualitas, guna mendukung pemulihan ekonomi daerah, digelar selama 3 hari mulai dari 22 Juni hingga 24 Juni 2021. Selama festival, akan diadakan Pelatihan barista kopi, Talkshow, Pamer produk kopi unggulan Buleleng (bean dan powder/serbuk kopi), Pembuatan katalog “Kopi Buleleng Saling Tulungin UMKM Buleleng”, Bela-beli produk Buleleng selama acara berlangsung, dan lomba kopi bean taste terbaik. Festival Kopi Buleleng ini diikuti oleh kelompok tani penghasil kopi Buleleng, pelaku UMKM olahan minuman kopi, dan UMKM lainnya sejumlah 85 orang peserta.
Festival Kopi Buleleng ini, digelar di Hotel Puri Sharon Singaraja dan dibuka langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST, Selasa (22/6). Dalam kesempatan itu, hadir pula Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG., Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Setda Buleleng Ida Bagus Suadnyana, SH, M.Si., Ketua PHRI Buleleng Dewa Ketut Suardipa, dan Pimpinan SKPD lingkup Pemkab Buleleng.
Dalam laporan Kepala Disdagperinkop-UKM Drs. Dewa Made Sudiarta, M.Si menjelaskan, Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia ( GERNAS BBI ), menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan produk unggulan yang berkualitas dan berdaya saing. Sudiarta menambahkan, Festival Kopi Buleleng merupakan wujud bangga produk lokal Buleleng dan momentum mengangkat dan rebranding Kopi Buleleng menjadi produk unggulan searah "the spirit of sobean".
Masih kata Sudiarta, tujuan dari festival Kopi Buleleng ini juga untuk, meningkatkan kebanggaan produk lokal Buleleng dengan budidaya, menggunakan, membeli dan memasarkan kopi Buleleng, meningkatkan pemahaman kelompok petani dan UMKM dalam menghasilkan kopi dan olahan kopi berkualitas dan berdaya saing berorientasi pasar, meningkatkan keterampilan dan skill pelaku UMKM pengolah kopi / calon barista dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha, memperluas akses pemasaran produk unggulan kopi Buleleng secara konvensional, online dan pemasaran digital, dan menguatkan sinergi dan kolaborasi berbagai komunitas, asosiasi, perguruan tinggi dan antar SKPD untuk mewujudkan UMKM naik kelas menuju "the spirit of sobean".
Dalam sambutan Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG mengatakan, komposisi lahan budidaya kopi robusta dan arabika memang terlihat sangat jauh. Robusta sekitar 10.000 hektar kemudian arabika sebanyak 2.000 hektar. "Kita harus bisa memaksimalkan lahan yang ada baik robusta maupun arabika. Walaupun robusta mempunyai nilai ekonomi yang lebih rendah, tetapi karena jumlah luasan lahannya yang lebih besar. Ini juga bisa meningkatkan kesejahteraan petani,"ujarnya.
Wabup Sutjidra menyampaikan kepada para petani dan PD Swatantra untuk membuat kelompok-kelompok petani kopi. Agar petani kopi tidak jatuh ke tangan pihak ketiga.Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST mengatakan, Festival ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan Kopi Buleleng. Bupati Suradnyana mengungkapkan, selama ini petani kopi belum maksimal dalam menjaga kualitas kopinya. Hal ini menyebabkan harga kopi akan menjadi lebih murah.
“Kalau kita mengandalkan menjual kopi dengan cara lama, tanpa meningkatkan hasil olahan, satu kita kalah saing, dua kita kalah harga karena ditekan tengkulak. Kalau kita punya olaan yang baik ini bisa kualitasnya meningkat dan pasti meningkat nilainya,” tegasnya. Masih kata Bupati Suradnyana, petani kopi masih meraba-raba skema yang tepat untuk pemasaran kopi Buleleng. Ia mengungkapkan, Buleleng belum memiliki alat roasting kopi yang baik, sehingga hasilnya kurang bagus.
“Kalau cara "roasting", alatnya masih konvensional, tadi sudah kita diskusikan kita akan studi banding tentang alat-alat pembuat kopi yang bisa membuat rasa kopi terus sama. Kalau roastingnya kering, beda lagi rasa. Roastingnya kurang, aromanya enak, rasanya kalah. Cari mesin yang bisa membuat standar kopi terus terus terjaga,” pungkasnya.
Rabu, 23 Juni 2021
Rabu, 23 Juni 2021
Rabu, 23 Juni 2021
Rabu, 23 Juni 2021