News

Format Kepariwisataan Kedepankan Manusia dan Alam Bali yang Berbudaya

 Selasa, 01 September 2020, 00:00 WITA

informasibali.com/ist

IKUTI INFORMASIBALI.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Penerapan protokol kesehatan akibat pandemi Covid-19 ini dianggap bukan sekedar menciptakan kebiasaan yang bersih secara fisik atau kasat mata saja, melainkan merupakan konsep bersih jika dipandang dari sudut dan unsur niskala adalah sebuah hal yang memang menjadi konsep hidup di Bali yakni konsep Tri Hita Karana, dimana sebagai manusia kita berkewajiban menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Sang Pencipta (Tuhan), menjaga hubungan harmonis antara manusia dengan manusia dan menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan.

"Selain itu konsep Tat Twam Asi dimana "Aku adalah Kamu dan Kamu adalah Aku" dimaknai dalam kewajiban menggunakan masker di masa pandemi. Dengan arti lain maskerku berfungsi untuk melindungi dan menjaga kesehatanmu dan begitu juga sebaliknya bahwa masker yang kamu pakai akan melindungi dan menjaga kesehatan dan keselamatanku dan juga orang di sekitar kita," imbuh Cok Ace.

Jika diambil hikmah dari wabah Covid-19 ini akan sangat berkaitan dengan visi pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru "Nangun Sat Kerthi Loka Bali" dimana keterkaitan untuk saling menjaga dan saling membutuhkan adalah hal utama yang perlu ditingkatkan.

Untuk ke depan, menurut Cok Ace format pariwisata berkelanjutan berbasis budaya yang berkomitmen menjaga alam, budaya dan manusia Bali sebagai asetnya merupakan sosial kapital dari keuntungan pariwisata. 

 

Sehingga, lanjutnya, konsistensi pariwisata budaya ke depannya tidak hanya melihat keunikan bali saja namun juga memperhitungkan keutuhan dari manusia, budaya dan alamnya, karena semua sektor dan semua sisi kehidupan yang ada di pulau Bali ini memiliki kesucian melalui berbagai upacara dari masing-masing kegiatan dan wilayahnya yang bertujuan untuk menyucikan budaya secara niskala, namun jika sampai kita menodai apalagi menghacurkan alam, budaya dan manusia Bali itu sendiri maka dapat dikatakan bahwa kita telah membunuh ayah dan ibu kandung kita sendiri (menodai tanah kelahiran). 

Penulis : Informasi Bali


Halaman :