Penyandang Tuna Wicara Tetap Kreatif dengan Usaha Reparasi
beritabali/ist/Penyandang Tuna Wicara Tetap Kreatif dengan Usaha Reparasi.
Tasripan, 48 tahun, warga Lingkungan Ketutug, Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana tidak putus asa dengan kondisi keterbatasannya dilahirkan menyandang tuna wicara.
Justru ia tetap berusaha dengan keterampilan mereparasi tv serta barang elektronik. Tasripan hidup bersama sang istri yang juga tuna wicara dan anaknya yang dianugrahi tumbuh sehat serta normal.
"Sempat diajak kerja sama orang cina bahkan mau diajak ke Kalimantan akan tetapi keluarga melarangnya. Sebagai orang tua yang dikedepankan adalah ilmu dan pendidikan faktor utama," ungkapnya.
Hingga kini, kata dia, anaknya itu bisa menghidupi keluarga. Walau sudah berusia, ia mengaku masih tetap kerja sambil berjualan goreng di Pasar Senggol Terminal untuk menghidupi sendiri di hari tuanya ini. Sedangkan adik-adik Tasripan berdagang.
Hanya Tasripan saja ini, menurutnya, meski menyandang tuna wicara, namun kreatif bisa berusaha.
"Anaknya 3 semua lahir normal yang pertama duduk di kelas 4 SD, yang nomor 2 baru kelas nol besar dan yang kecil masih usia 3 tahun. Bahkan Tasripan walau tuna wicara sedikit paham bila diajak berbicara dan juga menggunakan bahasa isyarat," jelasnya.
Mara'ah juga menuturkan, Tasripan jika sakit tetap mengeluh pada ibunya dan sebagai seorang ibu tetap merawat mereka berdua.
Usaha ini dilakoninya dengan penuh liku-liku kehidupan. Bersyukur ada hal yang bisa dilakoni. Sebagai orang tua, ia tetap mendampingi usahanya agar tidak tertipu.
"Bahkan televisi yang rusak bisa direparasi total hingga dijual. TV dan kipas angin bekas itu dijual dengan harga yang cukup murah dan bersahabat. Tak jarang banyak teman penyandang tuna wicara juga suka berkunjung dan bertukar pikiran dengan bahasa isyarat tentunya," pungkasnya.
Penulis : Informasi Bali
News Lainnya
Berita Lainnya