Peluang dari Token Kripto Lokal Buatan Indonesia

informasibali.com/investasi.kontan.co.id/Peluang dari Token Kripto Lokal Buatan Indonesia

Riuh aset kripto di Indonesia masih terus berlangsung. Selain jumlah investor kripto yang terus tumbuh, rupanya jumlah token kripto buatan Indonesia juga semakin beragam.

Koin-koin seperti Tokocrypto Token (TKO) dan Zipmex Token (ZMT) mungkin sudah lebih familiar karena selain untuk trading, token tersebut juga digunakan di exchange masing-masing. Namun, ada juga koin-koin bertema metaverse seperti Duckieland, lalu ada juga koin kripto Nanobyte, hingga token-token buatan public figure yang cukup ramai belakangan ini.

Pengamat dan investor aset kripto Vinsensius Sitepu mengatakan, terkait prospek aset kripto buatan Indonesia, investor harus jeli dalam melihat jenisnya. Ia mencontohkan TKO dan ZMT masuk ke kategori exchange native crypto yang fungsinya lebih pada utilitas untuk penggunanya. Misalnya, untuk mendapatkan kegunaan khusus, misalnya diskon biaya trading, selain profit dalam perdagangan kripto itu sendiri. 
Sementara token seperti Nanobyte yang tidak termasuk ke exchange native crypto, fungsinya lebih mengedepankan teknologinya. Terkait mana yang lebih punya prospek menarik, Vinsensius meyakini idealnya sebuah token memiliki perpaduan keduanya.
“Sebagai contoh, Binance Coin (BNB) itu tak hanya sebagai exchange native crypto, tapi juga secara teknologi blockchainnya, yakni Binance Chain punya fitur digunakan luas, bersaing dengan kripto Ether (ETH). Binance mampu memadukan kedua aspek itu secara baik,” jelasnya.
Oleh karena itu, menurutnya, TKO dan ZMT akan jauh lebih menarik ketika sudah bisa memadukan kedua aspek tersebut. Sementara untuk token yang menjual fungsi teknologinya, dia melihat banyak variabel yang harus dipertimbangkan oleh investor. Salah satunya adalah siapa yang memodali proyek tersebut.
Dia mengambil contoh, kebanyakan token di luar negeri mendapatkan pendanaan dari perusahaan ventura besar. Artinya, proyek tersebut sudah melalui penilaian dan pertimbangan seperti potensinya, kemampuan pengelola, daya saing, dan sebagainya mengingat perusahaan ventura sangat selektif dalam menyuntikkan dananya.
 
Sementara untuk token lokal, menurutnya masih minim token yang didanai oleh perusahaan ventura. Lebih banyak menggunakan dana dari perusahaan/individu, atau malah dana publik lewat proses Initial Coin Offering (ICO).
“Artinya, untuk token Indonesia, investor perlu menggali informasi lebih banyak lagi. Misalnya,  berapa dana dari modal yang dimasukkan ke proyek, sebagai cerminan keseriusan untuk menggarapnya,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Vinsensius menilai pada akhirnya token-token buatan Indonesia lebih menarik untuk trading jangka pendek saja di mana keputusannya berdasarkan analisis teknikal.
Terlepas dari hype kemunculan token buatan Indonesia belakangan ini, Vinsensius mengingatkan investor untuk tidak terlarut berlebihan. Menurutnya, hal tersebut belum tentu punya nilai baik dalam jangka panjang (investasi), lebih untuk trading jangka pendek semata.
Terlebih untuk token-token buatan para artis yang belakangan sedang ngetren. Dia menyangsikan sepak terjang para artis tersebut yang secara pengalaman di industri kripto sangat minim, tapi justru menjabat sebagai CEO atau presiden komisioner yang notabenenya adalah pelaksana proyek. 
Padahal, posisi tersebut seharusnya diisi oleh sosok yang memang sudah paham soal industri kripto, atau setidaknya punya latar belakang teknologi informasi maupun pernah sukses berinvestasi di bidang serupa.
“Jangan lupa akan risikonya, orang terkenal yang terjun di dunia kripto itu bukanlah jaminan kuat kripto tersebut akan bertahan lama. Selain dari SDM yang kurang berpengalaman, atau dana awal terlalu kecil , tidak menutup kemungkinan bahwa motifnya sekadar mendapatkan dana dari publik saja,” tutup Vinsensius.(sumber: investasi.kontan.co.id)


Penulis : Informasi Bali


 
Wisata Lainnya
Berita Lainnya