Kunci Tekan Harga Mobil Listrik

informasibali.com/cnnindonesia.com/Kunci Tekan Harga Mobil Listrik

Penjualan mobil listrik secara global terus menunjukkan tren kenaikan sejak 2019. Menurut Jato, mobil listrik terlaris di dunia pada 2022 berasal dari merek Amerika Serikat, yaitu Tesla.

Total penjualan kendaraan listrik tahun lalu sebanyak 7,37 juta unit, atau naik 66 persen dari 2021. Tingginya minat mobil listrik ini di antaranya imbas dari subsidi atau bantuan dari pemerintah tempat penjualan mobil itu.
Andy Palmer sebagai Chief Operating Officer Nissan menjelaskan, tanpa subsidi, harga mobil listrik relatif mahal. Tingginya harga mobil listrik karena komponen utamanya yakni baterai masih dianggap sebagai "emas".
Kendati demikian, menurut Palmer, harga baterai untuk satu mobil listrik saat ini bisa ditekan jika dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun, harganya masih tetap terlalu mahal jika ketika dijual khususnya secara retail.
"Baterai telah turun dari sekitar US$1.000 [Rp15,51 juta] per kWh pada saat itu dan hari ini saya akan memberikan harga sekitar $150 [Rp2,32 juta]," kata Palmer dikutip dari Autocar, Selasa (7/11).
Kebutuhan komponen inti baterai pada mobil murni listrik lebih besar ketimbang mobil hibrida. Jika diasumsikan bahwa produsen memerlukan baterai 60 kWh untuk satu mobil listrik berdaya jelajah di atas 200 kilometer, itu berarti 1 baterai mobil listrik tersebut berharga US$9.000 (Rp139 juta).
"Ditambah dengan biaya overhead pabrikan dan margin dealer sebesar 15 persen, maka biayanya akan meningkat menjadi sekitar US$41.500," ucap Andy.
Andy percaya, mahalnya baterai untuk satu unit mobil listrik berdaya long range belum akan menguntungkan produsen untuk 10 tahun ke depan. Namun, Palmer meyakini harganya akan terus turun, mungkin menjadi sekitar US$80 (Rp1,24 juta) per kWh untuk baterai berkinerja tinggi.
Maka dari itu, untuk membuat mobil listrik yang ekonomis adalah dengan memangkas harga baterai. Artinya, penggunaan baterai yang lebih kecil dan ringan. Namun, cara ini harus didukung infrastruktur pengisian daya yang baik.

"Solusi untuk mobil listrik yang terjangkau tidak menunggu teknologi menjadi matang, tidak perlu bermain-main dengan kimia: cukup dengan menggunakan baterai yang lebih kecil. Tetapi untuk memiliki baterai yang lebih kecil, Anda memerlukan infrastruktur pengisian daya dan itulah kuncinya," ucap Palmer.
"Jaringan pengisian daya yang baik, termasuk pengisi daya di rumah, dan saat ini kita masih jauh dari itu. Kecuali jika Anda mendapatkan infrastruktur yang efektif dengan cepat. Saat ini orang tidak akan secara alami beralih ke mobil listrik," tambahnya.
Menurut Palmer, konsumen akan terus khawatir soal daya tempuh dan jarak jika masalah infrastruktur pengisian daya tidak terselesaikan.
Selain baterai berukuran lebih kecil, teknologi baterai yang lebih baik juga berperan untuk menurunkan biaya produksi 1 unit mobil listrik. Palmer mengatakan salah satu contohnya adalah beralih ke baterai lithium iron phosphate (LFP) dari nikel mangan kobalt (NMC).
Di satu sisi, David Greenwood pakar sistem propulsi dari Warwick Manufacturing Group mengingatkan, adopsi kendaraan listrik harus luas untuk mendapatkan skala ekonomi dalam hal pembuatan baterai. Semakin banyak baterai yang diproduksi, maka akan menurunkan biaya produksi.
"Satu produsen mungkin membuat tiga desain modul yang berbeda dan merakitnya menjadi delapan desain kemasan yang berbeda untuk mendapatkan skala ekonomi," tutup Greenwood.(sumber: cnnindonesia.com)


Penulis : bbn/net

Editor : Putra Setiawan


 
Otomotif Lainnya
Berita Lainnya