Holding BUMN Pariwisata Terbesar di Asia Diresmikan di Lombok

beritabali/ist/Holding BUMN Pariwisata Terbesar di Asia Diresmikan di Lombok.

Holding BUMN sektor aviasi dan pariwisata bernama PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney, diklaim merupakan perusahaan holding terbesar di Asia.

Presiden Joko Widodo meresmikan Holding ini di Pantai Kuta Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah, Kamis (13/1). Terbentuknya Holding ini untuk tetap menjaga pasar wisatawan. Utamanya, domestik yang sangat menjanjikan agar tidak mereka berpergian ke luar negeri.

Klaster bisnis InJourney adalah terdiri dari bandara, maskapai, manajemen destinasi, layanan kargo, dan penerbangan lainnya. Di mana, sejumlah perusahaan yang berada di bawah holding, seperti Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Hotel Indonesia Natour, Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, serta Sarinah.
Meneg BUMN Erick Tohir mengatakan, terbentuknya Holding BUMN Pariwisata tersebut adalah, upaya pihaknya untuk membangun potensi pariwisata di Indonesia.
Hal itu dipicu,  potensi yang dimiliki perusahaan negara sangat besar. Namun sayangnya, kurang terintegrasi. Mulai, infrastruktur hingga software.
“Jadi, In journey ini adalah bentuk ekosistem besar. Ini karena semuanya terintegrasi satu sama lainnya. Di mana, total aset holding pada tahun 2024 akan mencapai Rp260 juta triliun. Dan angka ini adalah terbesar di Asia,” kata Erick dalam sambutannya.

Menurut dia, penata kelolaan aset Holding BUMN Pariwisata, akan mencakup pengelolaan bandara, lifestyle hingga rencana perjalanan. Kata Erick, di negara lain hal tersebut telah terbentuk. Namun belum di Indonesia.
“ Holding ini menjadi lokomotif pariwisata Indonesia ke depannya,” kata Erick. 
Erick mengaku, pengembangan sektor pariwisata selama ini telah mampu memberikan kontribusi terbesar kedua bagi bangsa Indonesia. Tak tanggung-tanggung, angka PDRB yang disumbangkan mencapai 10 miliar US Dollar pertahunnya.
“Semoga terbentuknya Holding BUMN Pariwisata ini akan mampu membuat pengelolaan BUMN akan menjadi lebih baik ke depannya,” kata dia.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo dalam sambutannya, membenarkan jika sektor pariwisata telah mengalami kontraksi akibat pandemi Covid-19. Sebab, penciptaan lapangan kerja yang terserap mencapai 13 juta di sektor tersebut. Kini, nyaris turun signifikan.
“Jadi, saya sepakat dengan Mas Erick, adanya Holding ini adalah momentum kita melakukan penataan ekosistem yang kuat dan tangguh kedepannya,” kata Presiden.
Menurut dia, potensi holding dari perusahan penerbangan dan airport juga turun signifikan. Termasuk, sebanyak 120 hotel dan jaringannya juga kawasan wisata pariwisata unggulan di Indonesia. Mulai Mandalika, Likupang, Taman Mini, hingga Sarinah.
“Jika potensi yang turun ini kita gabung dan bersatu menjadi holding, maka saya yakin segala  hambatan. Di antaranya, konektivitas dan infrastruktur akan bisa diselesaikan. Di sini, saya yakin Pak Doni selaku Dirut yang ditunjuk dengan pengalamannya akan mampu menuntaskan masalah yang mengganjal selama ini,” kata Jokowi.
Ia meminta, perbaikan tata kelola managemen pariwisata harus menjadi perioritas untuk dikerjakan. Apalagi, perusahaan BUMN, memiliki banyak anak perusahan. Mulai dari hulu hingga hilir.
Hanya saja, lanjut Jokowi, anak perusahaan BUMN tersebut, justru banyak yang berjalan sendiri.  
“Inilah penyakitnya kenapa banyak anak perusahaan BUMN itu lemah, ya karena konsolidasi mereka enggak kuat. Belum lagi soal managemen yang kalah jauh dari perusahaan swasta. Padahal asetnya bagus-bagus dengan lokasi yang premium,” papar Presiden.
Dengan memiliki aset mencapai Rp 260 triliun pada tahun 2024. Jokowi berharap agar perusahaan BUMN itu dapat terkonsolidasi dengan baik. Harapannya, mereka akan bisa bersaing kompetitif kedepannya.
“Kita ini punya kekuatan yang baik jika semua itu dikelola dengan baik. Kuncinya adalah rekonstruksi dan tata kelola efesien dan efektif. Kalau itu bisa dilakukan, Insyaallah pariwisata kita bisa mapan dari hulu hingga hilir. Tentunya, Holding ini, solusi untuk membuat perusahaan negara bisa gesit dan lincah,” jelas Jokowi.
Potensi domestik, yakni perjalanan itu ada sebanyak 330 juta orang pertahunnya. "Pokoknya itu, jangan diambil oleh negara lainnya. Ini karena, jumlahnya masih jauh dengan wisman yang hanya 17 juta perjalanan,” sambung Presiden.
Jokowi mengingatkan, pada tahun 2022 ini, sejumlah event dunia berlangsung di Indonesia. Di mana tuan rumah yang sudah ada di depan mata, yakni  MotoGP dan G-20.
Oleh karena, hal itu harus menjadi penanda bagi perusahaan negara untuk bisa menguatkan kesiapan Indonesia menjadi tuan rumah dengan menunjukan destinasi yang bersih pada tamu yang datang.
“Yang utama, adanya Holding juga jangan pernah melupakan masyarakat sekitar yang berada di destinasi wisata itu. Pokoknya, masyarakat harus merasakan dampaknya. Termasuk, segara membentuk ekosistem dengan stakeholder terkait. Salah Satunya, pihak swasta,” tandas Presiden Jokowi.


Penulis : Informasi Bali


 
Wisata Lainnya
Berita Lainnya