Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Bali

bbn/Antara/Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Ekonomi Bali.

Kondisi perekonomian Bali secara umum pascadibukanya pariwisata Bali serta dalam kondisi perang Rusia - Ukraina dan Pandemi Covid-19 memberi dampak sangat luas.

Tidak saja terhadap Kesehatan, tetapi juga terhadap ekonomi, sosial dan budaya dan psikologis masyarakat. 

Menurut salah satu akadimisi Universitas Udayana (Udayana) bidang ekonomi yang juga Ketua Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Udayana, Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE.,MSi, pada bidang perekonomian, dampak covid-19 terlihat jelas.
Yakni pada menurunnya kinerja ekonomi Bali yang terutama dalam kondisi normal memiliki ketergantungan tinggi pada sektor pariwisata.
Adapun beberapa indikator kinerja ekonomi Bali  sebagai dampak covid-19 diantaranya  dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, Kondisi kemiskinan, tingkat pengangguran, ekspor, dan indeks pembangunan manusia. 
Kondisi perekonomian Bali sebelum masa pandemi relatif baik, ekonomi Bali stabil pada kisaran 5-7,54 persen per tahun. Pada tahun pertama pandemic Covid-19 pertumbuhan ekonomi Bali kontraksi sebesar -9,31 persen. 
Tingkat kemiskinan pada tahun September 2019 berdasarkan Berita Resmi Statistik dari Badan Pusat Statistik mencapai 3,61 persen, kemudian pada September 2020 meningkat menjadi 4,45 persen.
Tingkat pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 20-19 mencapai 1,57 persen dan meningkat menjadi 5,63 pada Agustus 2020. Inflasi tumbuh relatif stabil pada kisaran 3 persen.

Selanjutnya indeks pembangunan manusia (IPM) sebagai indikator kesejahteraan pada tahun 2019 menunjukkan angka 75,38 dan pada tahun pertama pandemi meningat menjadi 75,50 atau mengalami peningkatan 0,16 poin. Memasuki tahun kedua pandemi (2021) perekonomian Bali menunjukkan kondisi yang semakin membaik. 
"Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi yag semakin baik, walaupun yang mampu tumbuh 0,51 persen pada Tw IV 2021, angka kemiskinan menurun menjadi 4,3 persen pada tahun 2021, tingkat pengangguran masih relatif masih tinggi, tetapi sudah sedikit menurun menjadi 5,37 persen. IPM meningkat menjadi 75,69," paparnya, Kamis (7/5) di Badung.
Dibukanya penerbangan internasional khususnya pada kuartal pertama  memasuki tahun ketiga pandemi memberi optimisme baru pada perekonomian Bali. 
"Hal ini ditandai dengan peningkatan yang pesat pada jumlah kunjungan wisatawan ke Bali, yang sudah tentu berdampak positif pada geliat pariwisata," cetusnya.
Pertumbuhan ekonomi masih kontraksi pada tahun kedua pandemi, pada tahun ketiga diharapkan semakin membaik dengan perekonomian yang tumbuh positif pada kisaran 5 persen, tingkat kemiskinan menurun, tingkat pengangguran menurun, Kondisi net ekspor membaik, dan indks pembangunan manusia juga membaik. 
"Optimisme ini juga terdukung oleh terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang diselenggarakan di Bali pada bulan Oktober-November 2022," cetusnya.
Adapun Beberapa langkah strategis dapat dilakukan Dalam upaya lebih menggeliatkan Kembali  perekonomian Bali saat ini maupun ke depan. Selain pariwisata, Bali memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai produk penuinjang ekspor, diantaranya produk perkembunan seperti kopi, cengkeh, panili, dan lainnya, termasuljuga produk perikanan, khsuusnya perikanan laut, seperti tuna, lobster, dan lainnya.
"Potensi ini tersebar di beberapa kabupaten di Provinsi Bali," ucapnya.
Potensi ekspor produk industri kreatif  berbais budaya juga tinggi dalam mendukung ekspor. UMKM Bali yang tumbuh relatif bagus, menyerap tenaga kerja sekitar 99 persen tenaga kerja dengan unit usaha yang juga mendekati 99 persen merupakan potensi fundamental dikembangkan Dalam menunjang pemenuhan produk, baik Dalam negeri maupun luar negeri.
Sektor pertanian dalam arti luas juga dapat dikembangkan sekaligus Sebagai basis berkembangnya pariwisata budaya yang seharusnya semakin diorientasikan pada pariwisata berbasis budaya yang berkualitas. 
Potensi ekonomi digital yang juga sudah digaungkan Pemerintah Provinsi Bali perlu disambut ke depan akan memiliki peran penting dalam mengeliatkan semua sektor. 
"Untuk itu Kerja sama dan pengembngan jejaring antar wiklayah, antar sektor, antar pemangku kepentingan  akan dapat mengoptimalkan langkah-langkah strategis tersebut," paparnya.
Perbaikan Kondisi ekonomi saat ini sekaligus dimaksudkan meletakkan pondasi ekonomi yang lebih kuat Dalam jangka Panjang. 
Selain Kebijakan dan program dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi yang dilaskanakan Secara terkoordinatif antara Pemerintah Pusat dan Daerah melibatkan seluruh masyarakat, Indonesia dan Bali khususnya juga berbenah khususnya Dalam memperbaiki fundamental ekonomi Bali yang tidak terlalu tergantung pada pariwisata. 
Transformasi ekonomi Bali dengan menyeimbangkan peran sektor pariwisata, pertanian, industri kerajinan, UMKM, ekonomi kreatif dan ekonomi digital diharapkan dapat memperkokoh fundamental ekonomi Bali Dalam jangka Panjang. 
"Hal ini harus didukung oleh sumber daya mausia Bali yang berkualitas," sebutnya.
Sedangkan terjadinya perang Rusia-Ukraina berdampak pada perekonomian global, termasuk dampaknya terhadap perekonomian Indonesia dan Bali. Ini, kata dia, tantangan bagi Indonesia dan Bali khususnya, bagaimana meminimalkan dampak perang Rusia-Ukraina. 

Secara global ketergantungan antar negara terhadap berbagai produk yang dihasilkan dari sejumlah negara relatif sangat tinggi. Bahkan beberapa negara Eropa ketergantungannya terhadap Rusia sangat tinggi khsusunya terkait dengan pasokan gas Rusia seperti  Jerman. 
Embargo Amerika Serikat dan negara sekutunya terhadap Rusia memaksa Rusia mengeluarkan jurus Gas Rusia harus dibayar dengan Rubel, demikian juga produk Rusia lainnya yang diekspor ke beberapa negara lainnya. 
Ekspor beberapa produk Rusia juga terhambat, seperti logam, yang bisa diisi oleh produk logam Indonesia. Produk minyak mentah Rusia yang relatif murah dibandingkan dengan produk minyak mentah negara lainnya, memberi manfaat bagi Indonesia untuk mengimpor minyak mentah dari Rusia. 
"Perang Rusia-Ukraina juga menguatkan pemikiran terkait dengan pemanfaatan local currency dalam transaksi perdagangan antar negara," ujarnya.
Tentu bagi Bali yang mengandalkan ekspor jasa khususnya pariwisata, perang Rusia Ukraina memberi dampak terhadap kemungkinan tergerusnya wisatawan asing yang terdampak perang Rusia-Ukraina untuk kemungkinan menunda perjalanan wisatanya kie Indonesia khususnya Bali. 
"Kita semua tentu berharap momentum kebangkitan pariwisata Bali melalui KTT G20 tidak terlalu teganggu dampak perang Rusia-Ukraina," terangnya.
Apabila perang Rusia-Ukraina masih belum bisa diakhiri, maka berarti akan semakin banyak negara yang terlibat dan terkait dengan Rusia dan juga Ukraina. Ukraina Sebagai salah satu pengekspor gandum tersebsar dunia juga akan mengalami gangguan pasokan ekspornya yang berdampak lanjutan pada negara pengimpor, demikian juga dengan Rusia. 
Untuk Bali, apabila perang Rusia-Ukraina masih berlanjut akan berpotensi membawa tekanan  ekonomi, walaupun tidak terlalu besar. Tetapi sangat penting untuk diwaspadai, khususnya pada negara-negara potensi wisatawan asing untuk Bali, baik negara yang terlibat langsung maupun tidak langsung.  
"Potensi Bali meraih wisatawan dari Rusia dan Ukraina dipastikan terhambat, demikian juga potensi wisatawan dari negara-negara lainnya yang terdampak kemungkinan juga akan menurun," katanya.
Dengan demikian, beberapa langkah strategis perlu dilakukan dalam kondisi tersebut, optimalisasi potensi wisatawan dalam negeri, reorientasi potensi kunjungan wisatawan luar Kawasan terdampak langsung perang Rusia-Ukraina, dan terpenting adalah optimalkan potensi dan ekspor produk pertanian khususnya perkebunan dan perikanan serta produk kreatif berbasis budaya lokal.    
Tentu semua berharap pandemi covid-19 segera dapat dituntaskan, dan perdamaian Rusia-Ukraina segera terwujud. Keberhasilan keduanya akan menjadi prasyarat penting kebangkitan dan percepatan pemulihan ekonomi Bali. 
Murjana menambahkan, peran pemerintah, dunia usaha, masyarakat  Secara terpadu meningkatkan cakupan vaksinasi, meningkatkan Kedisiplinan dan kepatuhan pelaksanaan protokol kesehatan untuk menekan potensi penyebaran covid-19.
Dalam rangka membangun kepercayaan dunia akan kesiapan Bali menerima wisatawan asing, serta peran diplomasi Indonesia sebagai negara non Blok dalam penyelenggaran KTT G20 akan memberi dampak positif terhadap percepatan pemulihan ekonomi Bali.


Penulis : Informasi Bali


 
News Lainnya
Berita Lainnya